Senin, 29 September 2014





            Wallahu a’lam (والله أعلمُ) adalah ungkapan yang biasa ditulis di akhir sebuah tulisan keagamaan (Islam). Arti wallahu a’lam adalah “Dan Allah Yang Lebih Tahu (Mahatahu)”.  Penulisan wallahu a’lam yang benar adalah ada koma di atas atau tanda petik tunggal (‘) setelah huruf “a” dan sebelum huruf “l” dalam kata a’lam.
            Pasalnya, menurut literatur bahasa Arab, kata a’lam ( أعلم) itu berasal dari ‘alima علم) yang artinya “tahu”.



“Arti Wallahu A’lam Bish-Shawabi”
            Ungkapan walllahu a’lam sering pula ditambahkan ungkapan “bish-shawabi” yang artinya “yang sebenarnya/kebenaran hakikinya”  –sehingga menjadi “wallahu a’lam bish-shawab” ( (والله أعلمُ بالـصـواب) yang berarti “Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya”.  Shawab = benar/kebenaran. Bahasa Inggrisnya: And Allah Knows the Right.
            Maksud ungkapan wallahu a’lam di akhir tulisan adalah pengakuan keterbatasan ilmu-pengetahuan sang penulis sekaligus pernyataan bahwa Allah sajalah yang paling tahu, Mahatahu, atau pemilik segala pengetahuan. Allah pula yang paling tahu pasti kebenaran atau sosulsi suatu masalah.
            Tidak jarang ada tulisan wallahu a’lam yang keliru di akhir sebuah tulisan. Bisa jadi ia khilaf, lupa, atau bahkan sekadar “latah”, ikut-ikutan, tapi tidak paham, sehingga menuliskan wallahu a’lam-nya begini: wallahu ‘alam (koma di atas sebelum huruf “a”).
            Tanda petik tunggal atau koma di atas (‘) dalam wallahu a’lam itu transliterasi bahasa Indonesia untuk huruf ‘ain dalam bahasa Arab (seperti Jum’ah, Ka’bah, Bid’ah, Ma’ruf, dan sebagainya). Wallahu a’lam bish-shawabi.

Rabu, 24 September 2014



AMALAN SEMUA PENYAKIT      
                                     
-         ISTIGHFAR
“ASTAGHFIRULLAHALAZIM ALLAZI LAILAHAILLAHUWAL
HAYYUL QAYYUM WA ATUBU ILAIH”                               1 X

-         SYAHADAT                                                                               1 X

-         AYAT EMPAT                                                                           1 X

-         AYAT KURSI                                                                           11 X

-         SALAWAT
“ALLAHUMA SALLI ALA SAYDINA MUHAMMAD”          7 X

-         DO’A AKASAH                                                                        7 X
Catatan : Jangan Batal Wudhu Membacanya

-         SIAPKAN AIR/BANYU DI BOTOL KEMUDIAN DI TIUPKAN

Rabu, 17 September 2014



DIANG INGSUN DAN RADEN PENGANTIN”
(Asal Mula Gunung Batu Benawa)’’


            Menurut sebuah kisah orang bahari yang sudah lama di ketahui  oleh penduduk daerah Hulu Sungai Tengah dan masyarakat Kalimantan Salatan, Gunung Batu Benawa itu asalnya dari  sebuah kapal (benawa) yang menjadi batu.
            Dalam sebuah desa yang sunyi, tinggallah dua orang manusia, Ibu dan anak, ibunya bernama Diang Ingsun. Diang Ingsun dengan anak  tunggalnya yang bernama Raden Pengantin. Ayahnya sudah lama meninggal dunia saat Raden  Pengantin masih anak-anak. Sebagai orang desa penghidupan mereka,sangatlah sederhana  seperti kebanyakan orang desa lainnya.
Setelah ayah Raden Pengantin meninggal dunia sebagai kepala keluarga tidak ada lagi, maka kehidupan Raden Penganten  itu talah berubah jadi miskin. Yang dapat dikerjakan oleh Raden Penganten itu hanyalah menanam padi di sawah dengan sayur-sayuran  di dekat rumah mereka. Kadang-kadang  mencari kayu api ke  hutan atau memetik buah-buahan yang bisa dimakan di hutan.
Yang sering dikerjakan ibu dan anak itu adalah mencari ikan dengan perahu kecil yang dayungnya  sudah tak layak pakai lagi. Perahu kecil dan dayungnya sudah banyak berjasa bagi mreka berdua karena dengan perahu kecil itulah mereka bisa mencari ikan di sungai desa itu. Mereka berdua saling saying menyayangi, mengingat tidak ada lagi keluarga dekat mereka.
Beberapa tahun kemudia,Raden Pengantin telah menjadi  pemuda yang tampan dan pintar. Kemudian terpikir olehnya untuk merubah nasib di masa yang akan datang. Pada suatu malam  Raden Pengantin menyampaikan maksudnya kepada ibunya.
            “Ibu! Saya mau  berkelana ke daerah-daerah lain untuk merubah nasib kita, saya harap Ibu mengizinkan saya.
Diang Ingsun kaget, tidak di sangka-sangka  ucapan  Raden Pangantin anak tunggalnya mau meninggalkannya sendiarian.
“Anakku Raden Pengantin ! kamu sudah tahu, umurku sudah tua, mau kamu tinggalkanlah nak … ! Dengan usiaku yang sudah tua apa lagi yang bisa kukerjakan kalaunya tidak ada bantuan darimu nak … !”
Diang Ingsun menangis, hatinya teramat sedih dan mulutnya tidak bisa berbicara banyak. Meskipun begitu, niat  Raden Pengantin tetap saja dalam pendiriannya mau pergi ke daerah-daerah lain untuk mencari pekerjaan dan dia berbicara lagi dengan ibunya dengan bermacam-macam alasan.
“Nanti, kalau saya sukses nanti, saya ingin memperbesar rumah kita ini dan ibu tidak akan bekerja lagi, cukup santai-santai saja menikmati hidup” kata Raden Pengantin berusaha meyakinkan ibunya.
Seperti itulah Raden Pengantin berulang-ulang menyampaikan niatnya kepada ibunya Diang Ingsun, akhirnya ibunya terpaksa mengabulkan kehendak anak tunggalnya itu.
Dengan semangat dan tekad hati yang besar akhirnya berangkat juga  Raden Pengantin di pagi harinya diantar ibunya dan di do’akan sambil menangis.
Desa yang sunyi itu  bertambah sunyi lagi,sesudah Raden Pengantin meninggalkan rumahnya yang sudah reot itu. Diang Ingsun ibunya yang sudah tua tidak ada daya upaya lagi beliau selalu mendo’akan supaya anaknya selamat dan mendapat rejeki hingga sukses. Do’a ibu yang sudah tua  penuh khusyu’  rupanya mendapatkan rahmat dari Allah SWT.. Ternyata nasib Raden Pengantin bertambah lebih baik berada di daerah lain.
Wajahnya yang tampan dan otaknya yang cerdas ditambah dengan sifatnya yang jujur menjadikan Raden Penganten banyak disukai orang. Kalau dulu  Raden Pengantin  pekerjaannya hanya menjadi buruh, kemudian sedikt demi sedikit seiring berjalannya waktu kedudukannya berubah menjadi lebih baik. Akhirnya Raden Pengantin mempunyai usaha  yang besar dan mempunyai  puluhan  orang  karyawan yang bekerja di tempatnya. Raden Pengantin ternyata mempunyai kepintaran  dalam mengurusi usahanya. Dia akrab dengan raja di daerah itu.
Itu sebabnya dia pada akhirnya menikah dengan perawan yang cantik, puteri raja dari Jawa. Baru saja Raden Pengantin melangsungkan perkawinannya dengan puteri  yang cantik dari kerajaan daerah sebarang itu, dia berniat mau berbulan madu pulang ke desa, dia mau menemui ibunya Diang Ingsun. Niat Raden Pangantin itu dia sampaikan kepada isterinya.
“Alangkah indahnya bulan madu kita,apabila kita pergi ke daerah seberang sekaligus menjenguk ibuku. Aku sudah rindu dengan ibu yang melahirkanku, kamu mau kan saying …?” kata Raden Penganten kepada isterinya.
            Isterinya yang cantik itu tersenyum dan menjawab ramah. “Sayang, kamu punya kapal kan, saya menurut saja apa yang menjadi kehendakmu untuk berlayar sekaligus menjenguk orang tua kita.”
Begitulah benawa atau kapal Raden Pengantin itu berlayar dengan megah mengarungi laut Jawa menuju desa  Diang Ingsun. Kabar kedatangan benawa yang besar  itu cepat tersiar kabarnya ke desa yang sunyi itu. Masyarakat desa menjadi heboh, sebab mereka belum pernah membayangkan bagaimana  bentuk sebuah benawa. Apalagi kalau benawa itu milik Raden Pengantin  yang  dulu masih anak-anak di  desa ini.
Pada hari yang cerah itu datanglah benawa yang besar itu ke daerah pantai desa Diang Ingsun. Pas mendengar benawa sudah datang dengan segala kemegahannya, Diang Ingsun cepat-cepat  mengambil perahu kecilnya, beliau tergopoh-gopoh mau jatuh, dan untungnya ada tetangga yang membantu beliau di saat beliau tergesa-gesa untuk menaiki perahu kecil itu.
Masyarakat desa yang tinggal disitu terkesima semuanya melihat benawa itu. Diang Ingsun tidak sabar lagi mau melihat kedatangan Raden Penganten yang sangat dirindukannya. Akhirnya beliau melihat  Raden  Pengantin berpakaian  yang  gagah berdiri di geladak kapal itu. Di samping kirinya berdiri seorang puteri cantik isterinya. Diang Ingsun pun berteriak.
“Raden Pengantin ! Anakku ! Akhirnya kamu datang juga anakku ! Raden Pengantin  ! Inilah aku, ibumu.”
            Setelah mendengar  teriakan itu Raden  Pengantin melihat ke bawah, dilihatnya wanita  tua   berpakaian lusuh dengan tubuh yang bau itu, kemudian hati Raden Pengantin berubah. Dia merasa sopan melihat  wanita tua berpakaian lusuh itu. Tidak lama dia berpikir, kemudian memutuskan tidak mengakui ibunya sendiri.
“Bukan !  kamu itu bukan ibuku !” sahut Raden Pengantin. Diang Ingsun terkejut mendengar perkataan Raden Pengantin.
 Ibunya tidak mengira kalau Raden Pengantin berkata seperti itu, tapi beliau mencoba lagi meyakinkan  Raden Pengantin, tetapi dia tetap saja tidak mengakui ibunya. Pada saat itu dilihatnya benawa  mengangkat sauhnya, siap untuk  berangkat meninggalkan desa  itu. Diang Ingsun menjadi putus asa dan hatinya terasa sakit. Air  matanya tidak bisa ditahan lagi, kemudian menangislah beliau, air matanya membasahi pipi beliau yang sudah tua. Kemudian beliau mengangkat tangan berdo’a dan bersumpah.
“Ya Tuhanku ! Hanya pada-Mu tempat hamba mengadu tunjukkan kekuasaanMu.  Anak hamba sudah durhaka, tidak mengakui ibunya sendiri, tetapi beginilah akhirnya.”
Do’a seorang ibu  yang tersiksa lahir  bathinnya itu rupanya sangat dikabulkan Allah SWT. Tidak lama langit berubah menjadi gelap, angin bertiup kencang. Benawa yang hebat milik Raden Pengantin  bergoyang  sebentar, tapi kemudian datang angin,topan besar yang menghempaskan benawa besar  itu. Diantara sayup-sayup kedengaran suara-suara  minta tolong, benawa  yang besar itu hancur berantakan dan sekejap berubah menjadi batu. Buritan kapal itu terdampar  di desa Diang Ingsun yang setelah itu diberi nama Gunung Batu Benawa, yaitu gunung menjadi  batu, desa Diang Ingsun itu kemudian di beri nama Pagat  (Pagat = Putus) benawa yang berhamburan juga menjadi batu.
Kalau turun hujan panas maka seekor burung elang tua bersuara  rawan dari ketinggian puncak gunung itu. Menurut kisah, kabarnya burung elang itu jelmaan Diang Ingsun yang  menyesali sumpahnya.


KESIMPULAN :

            Hendaklah kita sebagai seorang anak jangan berani dengan orang tua terutama ibu yang mengandung kita 9 bulan 9 hari sampai melahirkan kedunia ini. Bersyukurlah kita kepada Allah SWT dengan  nikmat yang diberikan. Bila kita durhaka dengan orang tua,  maka kebahagiaan tidak didapatkan, melainkan kesedihan dan penderitaan yang kita rasakan sepanjang hidup, seperti kisah  Raden Pangantin.

Jumat, 12 September 2014



Do’a Dimudahkan Rezeki
Ya arhamarrahimin ya hayayuyakayum  ............................... 35X
Ya giasal mustagisin  ............................................................ 3X
Agisni  ................................................................................ 3X
Bi alfi alfi alfi lahaula wala kuwata illa billahil aliyil azim.

Do’a Dalam Kesusahan
Laila hailla anta subhanaka inni kuntu minazzalimin pastazab nalahu wanaz jainahu minal gammi wakaza lika nunzil mu’minin lahaula wala kuwata illabillahil aliyil azim wahlubli hairil minha. ....................................................................... 41X


Do’a Keselamatan Dalam Perjalanan
Allahumma inni audzubika min syarri ma kholaqtu  ................... 12X
Artinya :
Ya Allah hamba berlindung kepadamu dari segala kejahatan apa-apa yang engkau ciptakan.




Do’a Bila Mau Bicara Dengan Orang Lain Supaya Urusan Lancar
Ya muizzu  ..........................................................................  10X